Mobil Listrik karya ITS-Surabaya |
Pasar
otomotif Indonesia telah berkembang dengan baik. Setiap tahun jumlah
mobil yang terjual di Indonesia terus mengalami peningkatan. Dalam
waktu dekat, volume penjualan mobil Indonesia dapat menembus angka satu
juta mobil per tahun. Menteri koordinator bidang perekonomian dan juga
menteri perdagangan berkali kali mengungkapkan bahwa Indonesia perlu
memanfatkan pasar dalam negeri yang telah memiliki skala yang
besar.Tumbuhnya industri otomotif Indonesia tentunya tidak terlepas
dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Sementara itu pengambil
kebijakan industri di Indonesia belum menunjukkan arah yang jelas dalam
kebijakan pengembangan industri otomotif. Kebijakan yang diambil
lebih terlihat sporadif dan reaktif, bukan melewati pemikiran dan
perencanaan yang matang. Bahkan langkah langkah pemerintah menimbulkan
kecurigaan bahwa kebijakan yang akan diambil merupakan pesanan dan
atau desakan dari para produsen otomotif yang telah mapan saat ini.
Produsen ber merk asing tersebut terus mengharapkan kebijakan kebijakan
industri otomotif tetap memberikan ruang seluas luasnya kepada mereka
termasuk dalam memasarkan produk baru seperti mobil murah ramah
lingkungan (LCGC-Low Cost and Green Car) ataupun Mobil beremisi rendah
(LCE-Low Cost Emission).
Sejak mobil yang diproduksi anggota ASIANUSA - Asosiasi Industri Automotive Nusantara
(Fin Komodo, Tawon, GEA dan Kancil) serta Kiat ESEMKA diberitakan di
media massa, pembicaraan mengenai mobil nasional mengemuka kembali,
ditambah lagi dengan kehadiran prototype-prototype mobil listrik
nasional yang di gaungkan oleh Dahlan Iskan. Berita itu sedikitnya
menjadi penawar harapan akan suatu karya bangsa yang bisa bermanfaat
bagi bangsa dan patut dibanggakan. Kehebohan sebagai reaksi atas
kenyataan "ketidak-berdayaan" kita menghadapi penguasaan asing terhadap industri dan pasar otomotif di ladang kita sendiri saat ini.
Mobil Listrik Nasional dinilai sebagai alternatif solusi untuk mengatasi ketidak-berdayaan kita dalam menghadapi penguasaan industri merk asing, karena saat ini di Indonesia belum banyak masuk mobil listrik asing, sehingga diharapkan dengan masuk ke pasarnya mobil listrik karya putra nasional maka start awal kita akan sama atau lebih dulu dibanding industri merk asing yang masuk kepasar dalam negeri.
Hal ini berbeda dengan jika kita mengawali industri otomotif nasional dengan mobil konvensional (bermesin piston), kita kalah jauh mengejar ketinggalan karena merk asing sudah masuk ke Indonesia sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu dimana mereka sudah mempunyai waktu yang cukup untuk penelitian dan pengembangan teknologi serta perputaran investasinya.
Mobil Listrik Nasional sudah dilakukan penelitian sejak lama oleh LIPI, serta banyak perguruan2 tinggi di Indonesia, dan puncaknya menjadi berita yang menarik setelah Dahlan Iskan menunjuk 5 orang putra petir yang diberi tugas untuk melakukan penelitian, pengembangan serta membuat propotype mobil listrik. Dan hasilnya dalam waktu yang relatif sangat singkat bermunculan prototipe mobil listrik karya putra petir diantaranya adalah "Ahmadi" karya Dasep Ahmadi, "Elvi Ravi" karya Ravi Desai dan "Tucuxi" karya Danet Suryatama.
Prototype mobil listrik karya putra petir tersebut di promosikan dengan gencar oleh Dahlan Iskan sebagai penggagasnya, dan berita terakhir yang menghebohkan adalah Pak Dahlan Iskan mengalami kecelakaan pada saat melakukan Test Drive mobil Listrik "Tucuxi" karya Danet Suryatama.
Sejak saat itu timbul berbagai macam pro dan kontra atas rencana menghadirkan mobil listrik nasional ini, bahkan banyak pendapat yang menganggap bahwa mobil listrik nasional ini adalah hanya sekedar "Sensasi" dari Dahlan Iskan saja dalam upaya pencitraan dirinya sebagai capres pada pemilu 2014 yad.
Sungguh sangat disayangkan bahwa tujuan utama yang semula mobil listrik ini menjadi alternatif solusi atas ketidak-berdayaan kita dalam menghadapi penguasaan merk asing, bergeser dan dianggap hanya sekedar sensasi serta menjadi tuduhan pencitraan Dahlan Iskan.
Seharusnya hal ini tidak akan terjadi jika Dahlan Iskan dapat menempatkan diri secara tepat dalam kapasitasnya sebagai Menteri BUMN serta sebagai pemimpin putra petir.
Dahlan Iskan memang patut diacungi jempol karena berusaha keras utk mewujudkan impian dalam mewujudkan mobil listrik nasional yangg merupakan solusi ditengah ketidak berdayaan kita dalam kemandirian industri otomotif.
Ibarat Team sepakbola, seharusnya Dahlan Iskan itu sebagai 'manajer' yang bertanggung jawab atas keberhasilan Team sepakbola secara keseluruhan dalam mencapai tujuan team. Dalam kasus mobil listrik ini tampaknya Dahlan Iskan ikut menjadi pemain sepakbola, sehingga pak Dahlan Iskan melakukan sesuatu yang bukan keahlian/kompetensinya, sehingga wajar jika dianulir wasit serta dicemooh para penonton.
Alangkah baiknya jika pak Dahlan Iskan sebagai manajer (kebetulan sbg mentri) menyelesaikan pemasalahan2 non teknis yg berkaitan dgn kordinasi antara tenaga ahli mobil listrik (tampaknya akhir2 ini terjadi perpecahan antara tenaga ahli mobil listrik pada saat ini), regulasi yang mengatur keberadaan mobil listrik, ketersediaan infrastruktur, kordinasi/lobby antara departemen untuk menyelesaikan permasalahan non teknis, karena kalau toh mobil listrik terwujud dengan cepat tetapi masalah industri, infrastruktur, regulasi dll belum terselesaikan maka tidak ada artinya mobil lisrik ada di negeri ini.
Berikanlah pendelegasian wewenang untuk urusan pengembangan teknologi mobil listrik kepada ahlinya, karena tekinologi mobil listrik yang sedang dikembangkan saat ini masih belum cukup mumpuni untuk masuk ke pasar. Masih perlu banyak penelitian2 serta pengembangan teknis yang harus dilakukan oleh ahlinya sehingga kelak keberadaan mobil listrik ini selain bisa mengatasi ketidak berdayaan kita, juga diterima oleh masyarakat.
Artikel Terkait: Mobil Listrik: Dengan Gearbox vs Tanpa Geadbox, Definisi Mobil Nasional Perlu diseragamkan
Mobil Listrik Nasional dinilai sebagai alternatif solusi untuk mengatasi ketidak-berdayaan kita dalam menghadapi penguasaan industri merk asing, karena saat ini di Indonesia belum banyak masuk mobil listrik asing, sehingga diharapkan dengan masuk ke pasarnya mobil listrik karya putra nasional maka start awal kita akan sama atau lebih dulu dibanding industri merk asing yang masuk kepasar dalam negeri.
Hal ini berbeda dengan jika kita mengawali industri otomotif nasional dengan mobil konvensional (bermesin piston), kita kalah jauh mengejar ketinggalan karena merk asing sudah masuk ke Indonesia sejak kurang lebih 50 tahun yang lalu dimana mereka sudah mempunyai waktu yang cukup untuk penelitian dan pengembangan teknologi serta perputaran investasinya.
Mobil Listrik Nasional sudah dilakukan penelitian sejak lama oleh LIPI, serta banyak perguruan2 tinggi di Indonesia, dan puncaknya menjadi berita yang menarik setelah Dahlan Iskan menunjuk 5 orang putra petir yang diberi tugas untuk melakukan penelitian, pengembangan serta membuat propotype mobil listrik. Dan hasilnya dalam waktu yang relatif sangat singkat bermunculan prototipe mobil listrik karya putra petir diantaranya adalah "Ahmadi" karya Dasep Ahmadi, "Elvi Ravi" karya Ravi Desai dan "Tucuxi" karya Danet Suryatama.
Prototype mobil listrik karya putra petir tersebut di promosikan dengan gencar oleh Dahlan Iskan sebagai penggagasnya, dan berita terakhir yang menghebohkan adalah Pak Dahlan Iskan mengalami kecelakaan pada saat melakukan Test Drive mobil Listrik "Tucuxi" karya Danet Suryatama.
Sejak saat itu timbul berbagai macam pro dan kontra atas rencana menghadirkan mobil listrik nasional ini, bahkan banyak pendapat yang menganggap bahwa mobil listrik nasional ini adalah hanya sekedar "Sensasi" dari Dahlan Iskan saja dalam upaya pencitraan dirinya sebagai capres pada pemilu 2014 yad.
Sungguh sangat disayangkan bahwa tujuan utama yang semula mobil listrik ini menjadi alternatif solusi atas ketidak-berdayaan kita dalam menghadapi penguasaan merk asing, bergeser dan dianggap hanya sekedar sensasi serta menjadi tuduhan pencitraan Dahlan Iskan.
Seharusnya hal ini tidak akan terjadi jika Dahlan Iskan dapat menempatkan diri secara tepat dalam kapasitasnya sebagai Menteri BUMN serta sebagai pemimpin putra petir.
Dahlan Iskan memang patut diacungi jempol karena berusaha keras utk mewujudkan impian dalam mewujudkan mobil listrik nasional yangg merupakan solusi ditengah ketidak berdayaan kita dalam kemandirian industri otomotif.
Ibarat Team sepakbola, seharusnya Dahlan Iskan itu sebagai 'manajer' yang bertanggung jawab atas keberhasilan Team sepakbola secara keseluruhan dalam mencapai tujuan team. Dalam kasus mobil listrik ini tampaknya Dahlan Iskan ikut menjadi pemain sepakbola, sehingga pak Dahlan Iskan melakukan sesuatu yang bukan keahlian/kompetensinya, sehingga wajar jika dianulir wasit serta dicemooh para penonton.
Alangkah baiknya jika pak Dahlan Iskan sebagai manajer (kebetulan sbg mentri) menyelesaikan pemasalahan2 non teknis yg berkaitan dgn kordinasi antara tenaga ahli mobil listrik (tampaknya akhir2 ini terjadi perpecahan antara tenaga ahli mobil listrik pada saat ini), regulasi yang mengatur keberadaan mobil listrik, ketersediaan infrastruktur, kordinasi/lobby antara departemen untuk menyelesaikan permasalahan non teknis, karena kalau toh mobil listrik terwujud dengan cepat tetapi masalah industri, infrastruktur, regulasi dll belum terselesaikan maka tidak ada artinya mobil lisrik ada di negeri ini.
Berikanlah pendelegasian wewenang untuk urusan pengembangan teknologi mobil listrik kepada ahlinya, karena tekinologi mobil listrik yang sedang dikembangkan saat ini masih belum cukup mumpuni untuk masuk ke pasar. Masih perlu banyak penelitian2 serta pengembangan teknis yang harus dilakukan oleh ahlinya sehingga kelak keberadaan mobil listrik ini selain bisa mengatasi ketidak berdayaan kita, juga diterima oleh masyarakat.
Artikel Terkait: Mobil Listrik: Dengan Gearbox vs Tanpa Geadbox, Definisi Mobil Nasional Perlu diseragamkan